Dosis tinggi obat ADHD berkaitan dengan risiko psikosis

ADHD, atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder, adalah gangguan neurobiologis yang umum terjadi pada anak-anak dan dewasa. Orang dengan ADHD cenderung memiliki kesulitan dalam memperhatikan suatu hal, hiperaktif, dan impulsif. Untuk mengatasi gejala ADHD, dokter biasanya meresepkan obat-obatan stimulan seperti metilfenidat atau amfetamin.

Namun, sebuah penelitian terbaru telah menemukan bahwa dosis tinggi obat ADHD dapat meningkatkan risiko psikosis pada pasien yang mengonsumsinya. Psikosis adalah kondisi mental yang menyebabkan seseorang kehilangan kontak dengan realitas, seperti halusinasi, delusi, dan gangguan pikiran.

Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Lancet Psychiatry menemukan bahwa pasien yang mengonsumsi dosis tinggi obat ADHD memiliki risiko psikosis dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang mengonsumsi dosis rendah. Penelitian ini melibatkan lebih dari 23.000 pasien dengan ADHD di Swedia yang mengonsumsi obat stimulan selama 4 tahun.

Penelitian ini menyoroti pentingnya pengawasan dan pemantauan dosis obat ADHD yang diberikan kepada pasien, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat gangguan mental atau psikiatrik lainnya. Dokter perlu mempertimbangkan risiko dan manfaat dari penggunaan obat stimulan dalam pengobatan ADHD, serta melakukan pemantauan secara rutin terhadap pasien yang mengonsumsinya.

Selain itu, penting bagi pasien dan keluarga untuk memahami potensi risiko psikosis yang terkait dengan dosis tinggi obat ADHD, dan segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala seperti halusinasi, delusi, atau gangguan pikiran. Dengan pemantauan dan pengawasan yang tepat, risiko psikosis akibat penggunaan obat ADHD dapat diminimalkan, dan pasien dapat mendapatkan manfaat optimal dari pengobatan mereka.